Kolom
10 Desember 2024
Rakornas BAN-PDM 2024 dan Sekolah yang Tertinggal
Oleh: Satria Dharma*
Acara saya selama tiga hari ini adalah mengikuti Rakornas II Badan Akreditasi Nasional Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah (BAN-PDM) yang dilakukan pada Sabtu-Senin, 7-9 Desember 2024, di Sakala Resort, Badung, Bali. Kegiatan ini merupakan program tahunan yang digelar untuk melakukan refleksi terhadap kinerja BAN-PDM provinsi di seluruh Indonesia dalam melaksanakan akreditasi menggunakan instrumen 2024. Hasil dari refleksi ini diharapkan dapat menghasilkan rekomendasi untuk menggunakan instrumen 2024. Hasil refleksi ini diharapkan dapat menghasilkan rekomendasi untuk pelaksanaan akreditasi di tahun berikutnya.
Pada acara penutupan semalam beberapa perwakilan dari BAN-PDM Provinsi diminta untuk menuturkan kisah menarik dan unik dari perjuangan para asesor mereka dalam melaksanakan tugas melakukan visitasi dan akreditasi ke berbagai satuan pendidikan di berbagai wilayah.
________
Ternyata perjuangan mereka untuk melakukan visitasi dan akreditasi ke tempat-tempat yang terpencil sungguh luar biasa dan membuat saya jadi sangat terharu.
Banyak dari daerah yang mereka kunjungi adalah daerah 3T. Daerah 3T adalah daerah yang tergolong tertinggal, terdepan, dan terluar. Daerah 3T memiliki kondisi sosial, ekonomi, geografis, dan budaya yang sangat tertinggal dibandingkan dengan daerah lain di Indonesia. Mereka bahkan bilang sudah menjadi 4T, di mana T satunya adalah "teraniaya".
Sebagai contoh adalah asesor di Papua Pegunungan yang untuk mendatangi sekolah yang harus diakreditasi harus menggunakan pesawat carter selama dua jam, lalu disambung dengan perjalanan darat selama lima jam, lalu masih disambung lagi dengan perjalanan naik speedboat berjam-jam, dan juga harus jalan kaki lagi beberapa jam. Begitu sulitnya transportasi menuju daerah yang harus dikunjungi sehingga bahkan untuk kembalinya juga harus menunggu transportasi yang ada selama berhari-hari. Ada sekolah yang terletak di wilayah yang dikuasai oleh KKB sehingga untuk mendatangi sekolah tersebut harus dengan seizin dan dengan pengawalan mereka. Bayangkan ngerinya...
Contoh lain adalah Provinsi Kepulauan Riau yang ternyata wilayah daratannya hanya 5% sedangkan 95%-nya adalah lautan. Jelas sekali bahwa transportasi dari dan ke berbagai kepulauan ini sangat sulit dan membutuhkan tekad dan keberanian luar biasa. Akses menuju sekolah yang dituju sebagian masih jalanan setapak, menyeberangi sungai, hutan, dan lautan. Sebagai informasi, para asesor itu tidak semuanya adalah laki-laki. Sebagiannya adalah ibu-ibu dan tentunya perjuangan mereka untuk melakukan visitasi jelas lebih berat.
Saya melihat cuplikan video visitasi mereka ke berbagai daerah dengan sangat terharu. Mereka sungguh heroik dan saya merasa belum melakukan apa-apa di bidang pendidikan dibandingkan dengan perjuangan mereka. Jika Anda merasa bahwa daerah Anda termasuk tertinggal cobalah lihat video ini mulai dari menit ke-4. Skip saja video awal dan langsung saja masuk ke menit ke-4 untuk mengetahui bahwa dunia pendidikan yang kita lihat selama ini ternyata belum lengkap.
______
Ada banyak daerah yang pendidikannya sangat tertinggal (dan juga teraniaya) oleh sistem yang seolah tidak melihat dan memedulikan mereka. Dan itu ternyata ada di hampir semua provinsi di Indonesia. Jangan dikira kondisi buruk itu tidak ada di Jawa. Semua provinsi punya daerah "teraniaya".
Ketika menonton video tersebut saya lalu ingat kembali pada perdebatan kita tentang perlu atau tidaknya ujian nasional (UN) kita lakukan kembali dan berpikir alangkah tidak relevannya UN dengan kondisi pendidikan yang ada di berbagai daerah tertinggal semacam ini.
*Anggota BAN-PDM
Simak video kami:
Perjuangan Para Asesor - Kaleidoskop BAN-PDM 2024
10 Desember 2024
Oleh: Satria Dharma*
Acara saya selama tiga hari ini adalah mengikuti Rakornas II Badan Akreditasi Nasional Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah (BAN-PDM) yang dilakukan pada Sabtu-Senin, 7-9 Desember 2024, di Sakala Resort, Badung, Bali. Kegiatan ini merupakan program tahunan yang digelar untuk melakukan refleksi terhadap kinerja BAN-PDM provinsi di seluruh Indonesia dalam melaksanakan akreditasi menggunakan instrumen 2024. Hasil dari refleksi ini diharapkan dapat menghasilkan rekomendasi untuk menggunakan instrumen 2024. Hasil refleksi ini diharapkan dapat menghasilkan rekomendasi untuk pelaksanaan akreditasi di tahun berikutnya.
Pada acara penutupan semalam beberapa perwakilan dari BAN-PDM Provinsi diminta untuk menuturkan kisah menarik dan unik dari perjuangan para asesor mereka dalam melaksanakan tugas melakukan visitasi dan akreditasi ke berbagai satuan pendidikan di berbagai wilayah.
________
Ternyata perjuangan mereka untuk melakukan visitasi dan akreditasi ke tempat-tempat yang terpencil sungguh luar biasa dan membuat saya jadi sangat terharu.
Banyak dari daerah yang mereka kunjungi adalah daerah 3T. Daerah 3T adalah daerah yang tergolong tertinggal, terdepan, dan terluar. Daerah 3T memiliki kondisi sosial, ekonomi, geografis, dan budaya yang sangat tertinggal dibandingkan dengan daerah lain di Indonesia. Mereka bahkan bilang sudah menjadi 4T, di mana T satunya adalah "teraniaya".
Sebagai contoh adalah asesor di Papua Pegunungan yang untuk mendatangi sekolah yang harus diakreditasi harus menggunakan pesawat carter selama dua jam, lalu disambung dengan perjalanan darat selama lima jam, lalu masih disambung lagi dengan perjalanan naik speedboat berjam-jam, dan juga harus jalan kaki lagi beberapa jam. Begitu sulitnya transportasi menuju daerah yang harus dikunjungi sehingga bahkan untuk kembalinya juga harus menunggu transportasi yang ada selama berhari-hari. Ada sekolah yang terletak di wilayah yang dikuasai oleh KKB sehingga untuk mendatangi sekolah tersebut harus dengan seizin dan dengan pengawalan mereka. Bayangkan ngerinya...
Contoh lain adalah Provinsi Kepulauan Riau yang ternyata wilayah daratannya hanya 5% sedangkan 95%-nya adalah lautan. Jelas sekali bahwa transportasi dari dan ke berbagai kepulauan ini sangat sulit dan membutuhkan tekad dan keberanian luar biasa. Akses menuju sekolah yang dituju sebagian masih jalanan setapak, menyeberangi sungai, hutan, dan lautan. Sebagai informasi, para asesor itu tidak semuanya adalah laki-laki. Sebagiannya adalah ibu-ibu dan tentunya perjuangan mereka untuk melakukan visitasi jelas lebih berat.
Saya melihat cuplikan video visitasi mereka ke berbagai daerah dengan sangat terharu. Mereka sungguh heroik dan saya merasa belum melakukan apa-apa di bidang pendidikan dibandingkan dengan perjuangan mereka. Jika Anda merasa bahwa daerah Anda termasuk tertinggal cobalah lihat video ini mulai dari menit ke-4. Skip saja video awal dan langsung saja masuk ke menit ke-4 untuk mengetahui bahwa dunia pendidikan yang kita lihat selama ini ternyata belum lengkap.
______
Ada banyak daerah yang pendidikannya sangat tertinggal (dan juga teraniaya) oleh sistem yang seolah tidak melihat dan memedulikan mereka. Dan itu ternyata ada di hampir semua provinsi di Indonesia. Jangan dikira kondisi buruk itu tidak ada di Jawa. Semua provinsi punya daerah "teraniaya".
Ketika menonton video tersebut saya lalu ingat kembali pada perdebatan kita tentang perlu atau tidaknya ujian nasional (UN) kita lakukan kembali dan berpikir alangkah tidak relevannya UN dengan kondisi pendidikan yang ada di berbagai daerah tertinggal semacam ini.
*Anggota BAN-PDM
Simak video kami:
Perjuangan Para Asesor - Kaleidoskop BAN-PDM 2024